<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d6973555\x26blogName\x3dCinta+Ku\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://cinta-ku.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://cinta-ku.blogspot.com/\x26vt\x3d4245528034119752170', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Hakikat Cinta | Saturday, January 22, 2005


KH. Abdullah Gymnastiar

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam:

"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita. Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan. Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran,harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka. (imm)

*************************
Created at 8:13 AM
*************************

CINTA DAN PENGORBANAN | Thursday, January 20, 2005


Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengorbankan dirinya untukmencari keredhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepadahamba-hambaNya. (Al Baqarah: 207)
Nabi Ibrahim Alaihis Salaam sangat mendambakan seorang anak untukmelanjutkan da'wah dan perjuangannya. Sangat sering beliau berdo'a,namun Allah belum juga memberinya amanah. Namun beliau dan istrinya,Sarah - tidak putus asa. Dalam usia tua Nabi Ibrahim menikah lagidengan Siti Hajar seorang wanita mantan budak.

Ternyata Allah mengaruniai Nabi Ibrahim seorang putra melalui istrinyayang kedua. Tentu saja kegembiraan Ibrahim AS, Sarah, dan Siti Hajarsangat luarbiasa. Anak itu diberi nama Isma'il.
Datanglah ujian Allah yang pertama. Ketika anak itu masih bayi, Allahmemerintahkan Nabi Ibrahim membawa Hajar dan putranya ke Makkah(Bakkah), suatu lembah yang gersang dan panas. Dengan patuh beliaumelakukan perintah ini. Padahal jarak tempuhnya sangat jauh. Dari Syamke Hijaz, melalui gunung dan padang pasir yang ganas.

Sesampainya di Makkah, Allah menguji Ibrahim untuk kedua kalinya. Diaperintahkan Ibrahim untuk meninggalkan Siti Hajar dan Ismail. Ibrahimharus kembali pada istri beliau yang pertama dan melanjutkan da'wah dinegrinya.

Nabi Ibrahim pun patuh, dengan ikhlas beliau berdo'a:
Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dariketurunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekatrumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami, (yang demikianitu) agar mereka mendirikan sholat. Maka jadikanlah hati sebagianmanusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka daribuah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim 37)

Ibrahim menyerahkan pemeliharaan Ismail dan Hajar kepada Allah. Iamenyadari bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya yangtaat.
Ismail dan Ibunya (hajar) hidup mandiri sampai Ismail menjadiremaja. Orang-orang pun berdatangan ke Makkah dan tinggal disitu. Makkah menjadi kota kecil yang dilalui oleh kafilah-kafilahpedagang. Tempat yang gersang itu menjadi cukup makanan danbuah-buahan.

Ujian Terbesar

Suatu masa Nabi Ibrahim diperkenankan datang kembali ke Makkah. Beliaugembira sekali karena putranya sudah remaja. Kedua ayah dan anak inimembangun Baitullah. Tak lama kemudian datang lagi ujian ketiga yanglebih berat. Melalui mimpinya, Allah memerintahkan beliau untukmenyembelih Ismail.

Perintah ini sungguh berat. Bayangkan, anak yang sudah lamadidambakannya, kemudian telah lama ditinggalkan, dan baru sajadijumpai untuk menutup kerinduan yang sangat hebat, harus dikorbankan!Bagaimanakah jika anak itu menolak?

Tetapi Nabi Ibrahim berbulat tekad melaksanakan ajaran Allah,
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samaIbrahim, (Ibrahim) berkata, "Wahai ananda, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimanapendapatmu"....

Ternyata Ismail memiliki mutu yang tinggi. Ia memahami bahwa mimpiseorang Rasul seperti ayahnya adalah perintah Allah. Ia tidak merengekmanja atau menolak dengan congkak, tetapi menerima dengan hati yangbulat. Ini merupakan hasil didikan Ibrahim dan Hajar yang senantiasakonsisten dengan Dienullah dan akhlak mulia.

Ia menjawab, "Wahai ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan Allahkepadamu; insya Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yangshabar!". (Ash-Shaffat: 102)
Dengan tulus hati Ibrahim Alaihis Salam melaksanakan perintahAllah. Ismail ditidurkan di pangkuannya, pisau yang telah diasah tajamditempelkan ke leher putranya tersayang. Ketika itu Allah mencegahbeliau,

Tatkala keduanya telah berserahdiri dan Ibrahim membaringkan anaknyaatas pelipisnya, (nyatalah keshabaran keduanya), dan Kami panggilahdia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpiitu". Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orangyang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yangnyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.(AsShaffat : 103-105)

Cinta Sejati Para Rasul Dan Pengikutnya

Perintah Allah merupakan ujian bagi kecintaan dan kesetiaan keluargaIbrahim kepada Allah. Nampak bahwa Ibrahim memang seorang manusiaberkualitas istimewa dan berhak disebut "khalilullah", kekasihAllah. Ismail mendapat predikat "ghulaamun haliim" (remaja yang santundan shabar). Sedangkan Siti Hajar merupakan ibu teladan pendidikgenerasi yang beriman kuat.

Cinta Ibrahim dan Ismail kepada Allah mengatasi kecintaan apapun atausiapa pun. Peristiwa ini diabadikan dalam syariat Islam dengandisunnahkannya memotong hewan kurban bagi yang mampu. Tujuannya, untukmengenang bagaimana seharusnya seorang muslim mencintai Allah. Parahaji dari seluruh dunia sampai akhir masa pun melihat dan meyakinibukti-bukti sejarah kehidupan mereka. Karena dalam manasik hajji kisahmereka digambarkan Allah.

Para Rasul merupakan orang-orang yang mencintai Allah dan sanggupberkorban apa saja dalam mewujudkan cinta mereka. Karena itu, tingkahlaku dan sepak terjang mereka senantiasa menjadi cerminan bagi parapengikutnya sampai ke saat kita sekarang ini.

Allah membuktikan bahwa berkorban dalam arti sesungguhnya dapatdilakukan oleh manusia-manuisa biasa seperti kita. Allah berfirman,
Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengorbankan dirinya untukmencari keredhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepadahamba-hambaNya. (Al Baqarah: 207)

Pengorbanan yang dilakukan oleh Rasulullah, para shahabat, danmujahid-mujahid Islam terdahulu bukanlah sekedar pemotongan hewankurban setahun sekali seperti yang sekarang dilakukan, tetapi telahwujud dalam kehidupan nyata.
Di saat Rasulullah masih tinggal di Makkah tercatat nama sepertiSumayyah, seorang wanita yang menjadi syahidah pertama, Bilal,Zanirah, dan lain-lain yang disiksa karena keimanan mereka kepadaAllah dan RasulNya.

Dalam peperangan, para prajurit Islam berkorban dengan pengorbananyang patut diteladani. Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abdul Muthollib,Abdullah bin Rawahah menjadi syuhada Uhud. Khabbab bin Arats disalibdan disiksa sampai menemui ajalnya oleh orang-orang musyrik. Mush'abbin Umair menemui syahidnya dengan bermandikan darah di perangUhud. Masih banyak para syuhada atau ksatria dari para shahabat yangtidak mungkin kita sebutkan satu persatu namanya. Berlandaskan cinta,mereka mengorbankan apa saja yang mereka miliki untuk jalan Allah.

Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,perniagaan (bisnis) yang kamu khawatiri kerugiannya, rumah-rumahtempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari Allah, Rasul,dan jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkankeputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orangfasik. (At Taubah: 24)

Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan pengorbanan. Kaum musliminsaat ini dituntut untuk siap berkorban demi tegaknya Islam. Merekadapat memberikan apa saja untuk membangun masyarakat Islam di berbagaibidang.

PENGORBANAN PARA SAHABAT

Kesiapan berkorban lahir dari kesungguhan jiwa dalam menempuhperjuangan. Berkorban di jalan Allah merupakan realisasi dari jihad fisabilillah dengan harta dan jiwa,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang berimankepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu danberjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah, mereka itulahorang-orang yang benar. (49. Al Hujaraat: 15)

Proyek da'wah Islam yang dipelopori Rasulullah pembangunannya inisangat besar. Tentu saja memerlukan para aktivis yang siap memberikanapa saja yang mereka miliki dalam rangka menyukseskan iqomatuddiin. Ruhut tadhiyah (jiwa berkorban) hendaknya selalu hidup dalamdada mereka dalam membela agama yang benar ini.

Dari 'Urwah, Imam Baihaqi meriwayatkan, ketika kaum musyrikinmengeluarkan sahabat Rasulullah Zaid bin Datsinah dari Makkah untukdibunuh di kota Tan'im, di perjalanan ia berjumpa dengan Khubaib bin'Adi al-Anshari yang juga hendak dibunuh oleh kaum musyrik. Lalumereka berdua saling berwasiat agar bersabar dan teguh hati terhadapkebencian dan kekejian yang akan mereka alami.

Abu Sofyan, yang ketikaitu masih musyrik, berkata kepada Zaid bin Datsinah, "Terhinalahengkau Zaid! Maukah engkau, seandainya kini Muhammad menggantikankedudukanmu dipenggal batang lehernya? Sementara engkau kamikembalikan bersama keluargamu?".

"Demi Allah! Aku tidak akan senang seandainya saat ini Nabi berada ditempatnya terkena duri sekali pun, sementara itu aku duduk bersamakeluargaku!", Jawab Zaid bin Datsinah.
Abu Sofyan berkata kesal, "Tak pernah kulihat seorang manusiamencintai manusia lain seperti para sahabat Muhammad mencintaiMuhammad".

Al Hafiz al Zaraqani dalam satu riwayatnya berkata, orang-orangmusyrik juga bertanya dengan pertanyaan serupa kepadaKhubaib. Kemudian Khubaib menjawab, "Aku tidak akan senang seandainyaRasulullah menebusku meskipun hanya dengan duri yang melukai kakinya".

Zaid dan Khubaib merasa lebih baik terbunuh ditangan lawan daripadaRasulullah yang dicintainya terkena luka kendati merupakan lukaringan. Itulah contoh kesiapan berkorban dua orang generasi pertamadalam mempertahankan kehormatan Islam dan Rasulullah.
www.isnet.org

*************************
Created at 1:08 PM
*************************

Realita yang ada pada generasi muda muslim pada masa sekarang ini, secara mayoritas sedang terbuai dengan ribuan jaring kemungkaran modernisasi, seperti perzinaan dengan berbagai modelnya, namun justru ia sering dijadikan standar kemajuan dan globalisasi. Seks yang merupakan fitrah dan karunia Allah Ta'ala berubah fungsi menjadi ajang komoditi mencari keuntungan sebesar mungkin.

Norma-norma yang berlaku di dalam tata kehidupan tidak lagi menjadi pegangan. Pupusnya rasa malu kaum Hawa terlihat pula dari turut andilnya mereka menanam saham kebatilan di bidang sandang. Mode-mode pakaian yang dililitkan ke tubuhnya sudah begitu jauh dari tuntunan syari'at.

Padahal Allah Ta'ala berfirman: "Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu yang perempuan dan orang-orang perempuan yang beriman, supaya mereka menutup tubuhnya dengan jilbab, yang demikian itu supaya mereka lebih dikenal, karena itu supaya mereka tidak diganggu, dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Ahzab: 59). Bila ayat ini masih dianggap belenggu yang merantai kebebasan kaum Hawa, maka dapatlah dipastikan, hujan birahi pun tak kan terelakkan, hingga dengan mudahnya kita saksikan jutaan perempuan bergentayangan di jalan-jalan, dan mempersilakan auratnya disapu mata sembarang orang.

Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam riwayat Imam Muslim bersabda, artinya: "Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wangi Surga, padahal wangi Surga itu tercium sejauh perjalanan sekian dan sekian." Sebab meskipun berpakaian, pada hakikatnya mereka telanjang. Ironinya, setiap hari kita selalu dihadapkan kepada permasalahan di atas, yaitu urusan kelamin (seksualitas).

Kemana-mana kita terganggu oleh rayuan perempuan, wajahnya, lenggak-lenggoknya, suaranya, semuanya penuh magnit dan daya tarik. "Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik." (Ali Imran: 14). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya: "Tidaklah ada suatu cobaan yang terjadi sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki, yang melebihi bahayanya cobaan yang berhubungan dengan soal wanita". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqqin menyatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta, yaitu:

*Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang membuat ia dicintai oleh kekasihnya.
*Perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut.
*Pertautan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.

Dengan kelengkapan ketiga faktor cinta yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim tersebut, maka terbuktilah tali percintaan, dan akan menjadi lemah jika terdapat kekurangan dari ketiga faktor itu. Hal ini diakui oleh Islam dan oleh semua pihak yang menentang Islam. Tapi Islam membedakan antara cinta dan seks sebagai nafsu. Cinta adalah mawaddah wa rahmah, sedang nafsu seks sebagai naluri adalah nafsu syahwat.

Keduanya hanya bisa bersatu dalam perkawinan, karena berseminya cinta yang terjadi sesudah pernikahan adalah cinta yang dijamin oleh Allah Ta'ala, sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Rum ayat 21, artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan, bahwa Islam tidak mengenal percintaan sebelum perkawinan yang sah, apalagi dengan pengumbaran nafsu syahwat, sehingga menjadi naluri dan cenderung mengajak pada perbuatan-perbuatan yang mengundang murka Allah Ta'ala, sebagaimana telah termaktub dalam Surat Yusuf ayat 53, artinya: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.

Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Ibnul Qayyim berkata: "Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya." "Bohong!", itulah komentar sinis mereka guna membela nafsu syahwatnya, untuk melegimitasi percintaan secara haram. Bahkan lebih parah lagi, mereka berani bersumpah, cinta yang dilahirkan bersama sang kekasih adalah cinta suci, bukan cinta birahi dan syaithani.

Padahal yang dijaga dalam Islam bukanlah semata-mata perihal kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja, tetapi lebih dari itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan, kaki dan sekujur anggota tubuh. Bahkan kesucian hati juga wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan bukan mahramnya, zinanya hati adalah membayangkan dan mengkhayal, dan zinanya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan mahramnya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah ditulis atas anak Adam bagiannya dari hal zina yang akan ditemui dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Zinanya mata adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, zinanya kaki adalah berjalan, dan zinanya hati adalah keinginan dan berangan-angan, dan semua itu dibenarkan atau didustakan oleh kelaminnya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Namun jaring-jaring cinta di luar perkawinan telah meninabobokkan manusia dalam tali asmara. Asmara yang bergejolak menuntut keintiman dan kesyahduan, sehingga cinta buta menjadi mahar yang menghalalkan hubungan kelamin kisah kasih dua insan yang berlainan jenis. Untuk itu dalam menghadapi semua ini, hendaklah kita senantiasa berpedoman pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, di antaranya adalah:

Menjaga Pandangan Mata Memelihara mata cukuplah dengan menundukkan pandangan bila ada pria atau wanita yang bukan mahramnya, dan jangan memandangnya berulang-ulang. Hal ini diatur oleh Allah dan RasulNya agar kita dapat mengendalikan mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks.

Allah Ta'ala berfirman, artinya: "Katakan-lah kepada orang-orang yang beriman agar mereka menundukkan sebagian dari pandangan mata (terhadap wanita) dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan, dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya." (An-Nur: 30-31).

Tapi ada pula memandang untuk suatu keperluan yang diperbolehkan, seperti dalam pengobatan, peminangan dan segala sesuatu yang telah disyari'atkan dalam Islam. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, artinya: "Dari Mughirah bin Syu'bah, bahwa ia hendak menikah dengan seorang wanita, Nabi bertanya, 'Sudahkah kamu melihatnya?', 'Belum', jawabnya, lalu Nabi bersabda, 'Lihatlah ia, sesungguhnya dengan melihatnya lebih menenteramkan hati kamu berdua'." (HR. An-Nasa'i, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

Menjauhi Pergaulan Bebas Pergaulan bebas pasti menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat di barat, yang meng-agungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk dalam seks. Kini mereka menjerit, angka perceraian sangat tinggi, setiap menit terjadi tindak perkosaan dan pranata pernikahan diragukan, terjadilah dekadensi moral dan tersebar berbagai penyakit kelamin. Allah Ta'ala membuat rambu-rambu pergaulan laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya dalam firmanNya: "Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra': 32).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi mahramnya, karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad). Apalagi halnya sampai bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. A'isyah radiallahu anha berkata: "Tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai'at, bai'at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan." (HR. Al-Bukhari).
(Abu Abbas).

*************************
Created at 11:49 AM
*************************

TAHAPAN DAN PRIORITAS CINTA | Saturday, January 15, 2005


TAHAPAN DAN PRIORITAS CINTA
(Telaah At-Taubah:24)

Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada ALlah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya." Dan
ALlah tidak memberi petunjuk pada faasiqiin. (QS, 9:24)

Ikhwan/akhwat, assalamualaikum,

Dalam menelaah dan memahami ayat ini ada baiknya kita lihat
pembahasan Ibnu Taimiyyah dalam bukunya: "Al'Ubudiyyah" (Pengab
dian). Dalam buku tersebut, Ibnu Taimiyyah menuliskan beberapa
tahapan cinta (marahilal-mahabah), atau lebih tepat dikatakan
fase-fase cinta.

Ibnu Taimiyyah - semoga ALlah ridha kepadanya - menjabarkan
fase-fase dan prioritas cinta tersebut secara rinci, sistematik
dan menarik. InsyaAllah ta'ala, dalam tulisan ini (yang merupakan
catatan kadaluwarsa' Pengajian Hamilton di akhir winter yang
lalu), akan saya ringkaskan lima fase cinta tersebut, yaitu:

1. Simpati (Muta'atif)

Menurut Ibnu Taimiyyah cinta tak akan tumbuh kalau tak
terdapat rasa simpati terhadap yang dicintai. Simpati, paling
sering, timbul pada pandangan terhadap penampilan fisik, sikap
dan juga pemikiran. Bila simpati telah ada, maka akan berlanjut
pada fase berikutnya. "Simpati" seseorang kepada ALlah, dapat
timbul karena ta'jub terhadap tanda-tanda kekuasaan, kekuatan dan
keperkasaan ALlah yang terdapat di semesta alam. Dengan kata
lain, cinta seorang hamba kepada ALlah dapat timbul setelah
menyadari dan meyakini keperkasaan ALlah setelah melihat tanda-
tanda kebesaranNya.

2. Curahan Hati (Ash Shabbabah)

Bila rasa simpati telah tertanggapi, maka seseorang akan
menjadikannya sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati, tempat
mengeluarkan "uneg-uneg", sehingga menumbuhkan cinta sesungguh
nya. Dalam hubungan antar manusia, hal ini boleh dikatakan seba
gai saling menyatakan rasa cinta. Menurut Ibnu Taimiyyah, seorang
hamba dengan melihat ayat-ayat yang terhampar (al ayyatul kauniy
yah) di semesta ini, sebenarnya sudah cukup untuk dapat bersim
jut ke fase berikutnya dengan bertambahnya keseriusan yang dimi
liki untuk dapat lebih dekat kepada yang dicintainya (ALlah SWT)
serta menjadikannya curahan hati (dalam berdo'a). Rasa simpati
saja, tanpa keseriusan dan kesungguhan, mustahil dapat memberikan
hasil berupa rasa cinta.

3. Rindu (Asy Syauku)

Bila telah saling cinta, maka rasa rindu pasti timbul.
Apapun dan siapapun yang dicintai, pasti akan menimbulkan rasa
rindu. Orang yang rindu, tak jarang selalu teringat kepada yang
dirindui/dicintai, ingin selalu menyebut namanya, senang bila
terdengar nama yang dicintai dan sangat ingin segera bertemu.
Orang yang teramat sangat cintanya kepada ALlah SWT, juga akan
senantiasa rindu dan selalu ingat serta selalu ingin menyebut
namanya (dzikir), dan bergetar hatinya bila disebutkan ayat-
ayatNya (8:2)

4. Mesra (Al 'Isyqu)

Orang yang saling memendam rindu, bila kemudian bertemu akan
saling merasakan kemesraan. Di tingkat ini, kemesraan tidak
jarang akan melalaikan. Bila kemesraan telah mencapai tingkatan
yang melenakan, maka fase ini telah berubah ke fase berikutnya
yaitu pengabdian.

5. Pengabdian (Al 'Ubudiyyah)

Fase cinta berupa pengabdian hanyalah hak ALlah, bila seseo
rang mencintai sesuatu sampai ia lalai, berarti sesuatu yang
dicintai dan dimesrainya itu telah menjadi ilah-nya (Silakan
lihat catatan ceramah Bang Imad yang diposting oleh akh Achmad
Suntoro beberapa waktu lalu). Karenanya banyak manusia yang
menuhankan sesuatu selain ALlah.

Seorang muslim boleh-boleh saja mencintai manusia (orangtua,
anak, isteri/suami) atau harta kekayaan, perniagaan, rumah dan
lain lain, seperti yang disebutkan dalam ayat 9:24, TAPI kecin
taan tersebut tidak boleh melebihi kecintaannya kepada ALlah SWT,
RasulNya dan berjihad fisabiliLlah. Kecintaan kepada selain
ALlah, hanya bisa ditolerir sampai fase ke-empat yang tidak
sampai melalaikan, demikian menurut Ibnu Taimiyyah. Kenyataannya?
Fenomena yang ada di sekitar kita mengatakan lain! Banyak terja
di, cinta hamba kepada ALlah hanya setaraf simpati, sedang cinta
nya pada selain ALlah justru cinta seorang abdi. Ada pula hamba
yang kecintaannya kepada ALlah dan yang selain ALLah didudukkan
pada tingkat yang sama, yakni pengabdian. AudzubiLlahi min dzali
ka.

Dalam hal ini Muhammad bin Abdul Wahhab, murid Ibnu Taimiy
yah, dalam "Kitab Tauhid"-nya (yang tengah diposting secara
serial oleh akh Jazi Istiyanto) menyatakan bahwa menyamakan
kecintaan kita kepada ALlah dengan kecintaan kepada selain ALlah,
syirik besar hukumnya. Beliau menamakan syirik tersebut sebagai 
2:165.

Semoga kita termasuk mereka yang dapat memprioritaskan cinta
nya kepada ALlah Rabbul Jalil, kepada RasulNya dan kepada Al-
Islam; dan semoga kita terlindung dari perbuatan syirik.

Wassalamu'alaikum
Abu Akhyar

Reference:
[1] Ibnu Taimiyyah, "Al 'Ubudiyyah"
[2] Al Quran & Terjamahnya (Depag RI), 2:165 dan 9:24

*************************
Created at 4:50 AM
*************************

Cinta Sebagai Landasan Peradaban | Saturday, January 08, 2005


Oleh ASEP SALAHUDIN

"Jika cinta pudar, semesta akan ganas"

KALIMAT di atas ditorehkan sufi kenamaan dari Konya Jalaluddin Rumi (1207-1393) dalam magnum opus-nya Matsnawi. Cinta bagi Rumi merupakan ruh peradaban, sumbu kebudayaan yang akan menyulut terkobarnya pesan abadi Tuhan, terjelmanya persaudaraan universal di kalangan umat manusia (Q.S. 49:13) yang humanis, damai, ramah dan santun (Q.S. 21:107).

Cinta ala Rumi pada hakikatnya merupakan ajaran inti setiap nabi, substansi dari agama, esensi setiap kepercayaan atau iman. Tidak ada satu dogma pun yang mengajarkan umatnya untuk saling membenci, melegalkan kekerasan, mengabsahkan tindakan keji dan munkar.

Dalam ajaran Islam, misalnya, ditanamkan bahwa cinta sesama makhluk merupakan manifestasi cinta kepada Allah, seperti tersirat dalam hadis, "Cintailah semua yang ada di bumi, engkau akan dicintai oleh yang ada di langit" atau "Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Ketika pemuka sufi Ibn Arabi ditanya ihwal agama yang dianutnya, ia menjawab, "Cinta adalah agamaku; kemana pun binatang penunggangnya menuju, di sanalah agama ditambatkan."

Dalam riwayat lain tatkala al-Fadhil ibn Yasar bertanya kepada Imam Shadiq a.s. tentang dari mana iman datang, beliau menjawab, "Keimanan itu tak lain adalah cinta," atau dalam redaksi Imam Baqir a.s., "Agama adalah cinta dan cinta ialah agama."

"Ragukan bahwa bintang-bintang itu api; ragukan bahwa matahari itu bergerak; ragukan bahwa kebenaran itu dusta; tapi jangan ragukan makna sebuah cinta," demikian ajaran penuh kearifan yang 'difatwakan' Hamlet kepada Ophelia dalam literer estetisnya William Shakespeare, Hamlet.

Cinta sejati -- fitri yang berporos pada nilai-nilai Ilahiah, disebarkan dalam peta bumi kemanusiaan model ini yang pada gilirannya akan membuat Tuhan (rahmat-Nya: hidup damai, tertib, jauh dari anarkisme dan tindakan-tindakan dungu yang mendangkalkan peradaban) semakin mendekat bahkan lebih dekat ketimbang urat leher (Q.S. 50:16), senantiasa menyertai di mana dan ke mana pun kita berada (Q.S. 57: 4), serta Dia akan memberikan solusi dari beragam impitan krisis yang menimpa (Q.S. 2:186).

Atau dalam sebuah hadis qudsi dengan redaksi yang sangat memikat dijanjikan, "Maka bila Aku, telah mencintainya, Akulah telinga yang ia gunakan untuk mendengar, mata yang ia gunakan untuk melihat, lidah yang ia gunakan untuk berbicara, tangan yang memberi kekutan padanya, dan Akulah kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Bila berdoa pada-Ku Aku kabulkan permohonannya, bila meminta dari-Ku Aku kabulkan permintaannya. Aku tidak pernah bimbang dalam menentukan sesuatu seperti kebimbangan-Ku saat kematian mukmin yang menghindar darinya, sedang aku membenci hal itu."

Jika elemen cinta otentik ini dicampakkan dan atau cakupan maknannya direduksi sebatas pengentalan rajutan cinta antarkelompoknya saja (ras, agama, suku, mazhab, dst.), dan pada saat bersamaan ditanamkan kebencian kepada orang luar (the other) seraya memupuk ideologi truth claim (mengklaim/memonopoli kebanaran) dan 'yang lain' dianggap sebagai yang keliru dan sesat, maka pada saat seperti ini cepat atau lambat peradaban manusia akan kiamat, dan kehancurannya yang lebih total tinggal menunggu waktu.

Situasi terakhir seperti inilah yang tempo hari menimpa masyarakat jahiliah Mekah. Sehingga kita mafhum, pada saat itu, kekerasan, pertumpahan darah (safakud dima'), teror, pemberangusan terhadap orang yang tidak sehaluan, premanisme, perang, pembunuhan terhadap bayi-bayi yang diidentifikasi berjenis kelamin perempuan menjadi pemandangan sehari-hari.

Situasi primitif ini pula yang pada gilirannya menjadi latar belakang lahirnya seorang Muhammad saw. Ia datang tidak lain, di antara nubuat-nya, untuk meluruskan kembali makna cinta, memperbarui relasi antarmanusia yang kadung telah terkotak-kotak dalam sistem pongah yang diskriminatif, feodalistik, eksploitatif dan jauh dari cita rasa keadaban.

"Aku diutus tidak lain kecuali untuk mereformasi pekerti manusia," sabdanya atau dalam ungkapan Alquran, "Aku tidak mengutus engkau Muhammad kecuali sebagai penebar cinta kasih kepada seru sekalian alam." (Q.S. 21:107).

Sejarah mencatat, seperti dapat kita lacak dalam perjanjian Madinah, bagaimana Rasulullah mendistribusikan cinta tidak hanya kepada para sahabatnya, namun juga kepada mereka yang berlainan keyakinan bahkan terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Pertanyaan yang patut dijadikan bahan renungan kita bersama adalah, adakah pendulum sejarah mutakhir tengah mengarah kepada peradaban yang berbasiskan cinta di mana satu sama lain insyaf betul akan perannya sebagai khalifatullah dan abdullah yang wajib memakmurkan bumi sesuai dengan kehendak-Nya, bersama-sama berkhidmat memuliakan Tuhan dengan cara menghormati nilai-nilai kemanusiaan, menempatkan alam tidak sebagai objek eksploitasi tapi mitra dalam bertasbih kepada-Nya (Q.S. 24: 41). Atau justru kebalikannya, perahu kehidupan kita sedang berlayar menuju peradaban nircinta, tanpa orientasi spiritual, terlepas dari visi Ilahiah?

Jawaban yang sesungguhnya mengandaikan munculnya kesadaran total akan keniscayaan kita secara berjamaah tanpa melihat latar belakang budaya, afiliasi agama formalnya, untuk tidak pernah letih menggelorakan api cinta yang hakiki itu demi cita-cita yang ditambatkan seluruh umat manusia, tegaknya kehidupan yang lebih berharkat. Jika tidak demikian, maka sekali lagi, sesungguhnya kita tengah menghirup atmosfir peradaban yang dungu dengan segala implikasinya yang negatif dan merusak, dan setelah itu yang tersisa adalah kematian yang sia-sia. Faina tadzhabun?***

Penulis, koordinator Biro Pendidikan dan Pelatihan DMI Jabar, pengajar di Fak. Syariah IAILM

*************************
Created at 11:11 AM
*************************

Hukum Pacaran dalam Islam | Saturday, January 01, 2005


Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak anak muda
sekarang ini tidak ada dalam Islam.
Yang ada dalam Islam ada yang di sebut 'Khitbah' atau
masa tunangan. Masa tunangan ini adalah masa perkenalan.
Sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus, tidak akan
mempunyai dampak seperti kalau putus setelah Nikah.
Dalam masa bertunangan keduanya boleh bertemu
dan berbincang bincang ditempat yang aman, maksudnnya
ada orang ketiga maskipun tidak terlalu dekat duduknya
dengan mereka.


MENGAPA PACARAN IT HARAM?
Karena pacaran itu akan membawa kepada perzinahan.
Dimana Zina adalah termasuk dosa besar, dan perbuatan yg
sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu ayatnya berbunyi
demikian:Janganlah kamu sekalian mendekati perjinahan,
karena zinah itu adalah perbuatan yang keji..17:32


Ayat tersebut tidak mengatakan jangan berzina, tapi
jangan mendekati, mengapa?


1. Karena biasanya orang yang berzina itu tidak langsung, tetapi
melalui tahapan tahapan seperti: saling memandang,
berkenalan, bercumbu kemudian baru berbuat zina yang
terkutuk itu.


2. Kalau ayat itu bunyinya misalnya: Jangan berbuat zina ... atau
telah diharamkan zina.. maka berarti, pegang pegangan boleh,
cium ciuman boleh dsb. seperti yang dilakukan oleh yang berpa
caran. Maka jelas jadinya bahwa segala tindakan yang akan
membawa kepada perbuatan zina hukumnya Haram.


PENCEGAHAN
Dalam hukum Islam umumnya, manakala sesuatu itu
diharamkan maka segala sesuatu yang berhubungn dengan
yang diharamkan itu diharamkan juaga. Seperti minum arak,
bukan hanya minumnya yang diharamkan, tapi juga yang
memproduksinya, yang menjualnya, yang membelinya,
yang duduk bersama orang yang minum dsb.

Demikian juga halnya dengan masalah Zina. Oleh karena
itu maka Shariat Islam memberikan tuntunan Pencegahan dari
perbuatna Zina, karena Allah maha tahu ttg kelemahan manusia.


* Dilarang laki dan perempuan yang bukan maharam un
tuk berdua-duan. Nabi S.A.W. bersabda: Apabila laki laki dan
perempuan yang bukan mahram berdua duaan, maka yang keti
ga adalah shetan. Shetan juga pernah mengeatakan kepada
Nabi Musa a.s. bahwa apabila laki dan perempuan berduan duaan
maka aku akan menjadi utusan keduanya untuk menggoda me
reka.. Ini termasuk juga kakak ipar atau adik perempuan ipar.


* Harus majaga mata atau pandangan. Sebab mata itu
kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering
membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfir
man: Katakanlah kepada laki laki mumin hendaklah mereka
memalingkan pangdang mereka (dari yang haram)dan menjaga
kehormatan mereka...... Dan katakanlah kepada kaum wanita
hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang haram
dan menjaga kehormatan mereka...:24:30-31.


*Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga
aurat mereka, dan dilarang mereka untuk memakai pakaian
yang mempertontokan bentuk tubuhnya, kecuali untuk
suaminya. Dalam Hadith dikatakan bahwa wanita yang
keluar rumah dengan berpakain yang mempertontonkan
bentuk tubuhnya, memakai minyak wangi baunya semerbak
mamaki mikup dsb. setiap langkahnya dikutuk
oleh para Malaikat, dan setiap laki laki yang memandangnya
sama dengan berzina dengannya. Di hari Qiyamat nanti
perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga
(apa lagi masuk surga).


*Dengan ancaman bagi yang berpacaran atau ber
buat zina. Misanya Nabi bersabda:lebih baik memegang
besi yang panas daripada memegang atau meraba perm
puan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksa
anya) Dalam Hadith yang lain:

Barangsiapa yang minum (minuman keras) atau berzana,
maka Allah akan melepasak Imannya dalam hatinya, seperti
seseorang melepaskan peci dari kepalanya ( Artinya ka
lau yang sedang berzina itu meninggal ketika berzina
tidak sempat tobat lagi, maka dia meninggal sebagai orang
kafir yang akan kekal di neraka)

Oleh karena itu Shekh Sharwi menggambarkan: seandai
nya ada seorang wanita cantik yang sudah hampir telan
jang disebuah kamar, kemudian ditawarkan kepada
seorang pemuda... Maukah kamu saya kasihkan perem
puan itu untuk kamu semelem sentuk, tapi besok pagi
saya akan masukan kamu ke kamar yang sebelahnya,
yang penuh dengan api... Apakah mungkin anak muda
itu akan mau untuk menikmati tubuh wanita semalam suntuk
kemudian digodok keesokan harinya dalam api?


Nah ketika kita tergoda untuk berbuat zina
atau minum, coba bayangkan kalau kita meninggal
ketika itu, bagaiman nasib kita.


Tiada dosa yang lebih besar setelah Shirik kepada
Allah daripada menetiskan air mati dalam suatu tempat (
kehormatan) yang tidak halal baginya
Neraka Jahanam mempunyai Tujuh Pintu Gerbang
(Q15:44), dan peintu gerbang yang paling panas, dahshat,
seran, keji, bau adalah dipruntukan bagi orang orang yang
suka berzina setelah dia tahu bahwa zina itu Haram.

Sebagaimana kita yakini -sebagai seorang muslim-
bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, mesti
mempunyai dampak yang negatif dimasyarakat.
Kita lihat saja disini di America, bagaiman akibat
karena adanya apa yang disebut dengan Free sex.
Timbul berbagai penyakit, banyak anak anak yang
terlantar. Anak yang tidak mengenal ayahnya,sehingga
timbul komplikasi jiwa dsb.
Oleh karena jalan keluarnya bagi anak anak muda
yang tidak kuat menahan :


* Kawin, supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.
* Kalau belum siap, banyakan puasa, dan olah raga.
* Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang
akan membangkitkan shahwat.
* Dekatkan diri dengan Allah, dengan membanyakkan
baca Al-Quran dan merenungkan artinya. Berzikir,
baca shoalwat, shalat berjamaah di Masjid. Hadir
pengaajian, dan berkawan dengan kawan yang soleh
yang selalu mengingatkan kita kepada jalan yg lurus.
* Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada
para anak muda yang sabar menahan pacaran dan
zina dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya
menampakan wajahnya kealam dunia ini, setiap orang
laki laki yang memendangnya pasti akan jatuh pingsan.


* Bagi putri remaja juga Allah telah menjanjika pemuda
tampan dan ganteng. ( Baca surat waqiah).


J1952M@aol.com

*************************
Created at 7:59 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

May 2004[x] June 2004[x] December 2004[x] January 2005[x] April 2005[x] July 2005[x] August 2005[x] September 2005[x]