Email, Telepon dan SMS, Jadi Sarana Ta'aruf? | Tuesday, December 21, 2004
Assalaamu'alaikum Wr Wb,
Memang benar ada model taaruf sebagaimana yang anda katakan tersebut dan itu hanya berlaku di sebuah gerakan Islam tertentu.
1. Dalam Islam tak ada aturan baku tentang taaruf, sebab aturan umum dalam pergaulan Islam tetap berlaku. Taaruf adalah proses peralihan antara status sebelumnya si A (wanita) dan si B (pria) bukan mahram (dan karenanya selama masih dalam status ini keduanya harus menerapkan aturan pergaulan islam yang umum), jika diizinkan Allah proses tersebut berakhir dengan perubahan status si A menjadi istri si B, yang berarti begitu aqad nikah di terima maka aturan pergaulan antar mereka berubah pasal, masuk ke pasal-pasal pergaulan antar suami istri.
Jadi sekali lagi kami tegaskan, tidak ada aturan baku (dalam Islam) tentang bagaimana caranya muslim/muslimah berta’aruf. Patokannya tetap:
a. Menjaga/ menahan pandangan (24:30-31) b. Menjaga aurat /hijab c. Menjaga diri dari berkhalwat d. Menghindari zina mata, zina hati dan zina badan
2. Kita sekarang hidup di zaman yang ada perbedaannya dengan zaman Nabi SAW dan para sahabat RA. Pada zaman itu, di seluruh wilayah pemerintahan Islam, seluruh sistem yang berlaku adalah sistem Islam, sejak sistem pergaulan sampai sistem ekonomi dan komplit pula dengan segala paradigmanya yang sangat-sangat berbeda dari apa yang kini berlaku di masyarakat tempat kita hidup. Di masa itu, semua orang sulit berdusta atau berpura-pura sebagai orang baik.
Ciri-ciri orang munafik dihapal luar kepala oleh semua orang. Di masa itu tidak ada orang yang tidak tahu Islam tanpa ada yang membimbingnya. Dan terlebih lagi, paradigma ukhrowi dan Metode Ilahiah/Rabbaniah berlaku 100 % sehingga kita tak khawatir akan mendapatkan menantu yang sekuler atau yang atheis, karena status mereka jelas: Muslim atau kafir.
Dizaman kita sekarang, seorang yang mengaku muslim-pun masih kita dapati menganut pemikiran-pemikiran sekuler bahkan pemikiran kafir. Semisal mereka yang mengatakan dirinya sebagai Islam Liberal, ternyata mereka menganggap semua agama itu sama. Mengaku muslim tetapi sesungguhnya kata-kata mereka sudah keluar dari Islam.
Keadaan seperti inilah yang menyebabkan pada zaman ini kita harus berhati-hati dalam bertaaruf dan menjadi sangat perlu bagi muslim muslimah yang ingin hidup dibawah naungan Islam kaaffaah harus benar-benar mengenal apa isi pikiran calonnya. Hal mana zaman dahulu (zaman Nabi SAW dan para sahabat RA) hal itu tak terlalu perlu karena semuanya jelas.
3. Kembali kepada komentar anda tentang cara taaruf sebagian teman-teman anda yang menggunakan e-mail, sms, telepon dsb, kami mengembalikan lagi pada aturan-aturan di nomor 1 tadi. Jika semuanya bisa dikendalikan dalam batas-batas aman dan halal, maka urusan menjaga hati dari 2 zina (zina hati melamun dan zina mata melihat) biarlah kita kembalikan kepada masing-masing orang.
Kita sebagai orang lain tak bisa memvonis seseorang sudah berdosa tanpa kita bisa memberikan buktinya, sementara jika kita sudah melihat penyimpangan, segeralah di tausiyah. Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar, apalah daya kita? Bukankah kita hanya pemberi peringatan, bukan penggugat (nahnu duat walasna qudhot= kita ini dai bukan pemvonis).
Nabi SAW pernah marah besar kepada seorang sahabat Ra yang membunuh seorang kafir dalam peperangan pas setelah orang tersebut mengucapkan syahadat. Syahadat tersebut diucapkan orang tsb setelah pedang berada di lehernya. Ketika Nabi SAW menanyakan mengapa sahabat tsb tetap membunuh setelah sang musuh bersyahadat, sahabat tsb menjawab: Ya Rasulullah, sesungguhnya dia bersyahadat hanya agar ia terhindar dari pedangku saja!. Apa jawab Nabi SAW: APAKAH KAU SUDAH BELAH DADANYA DAN MELIHAT KE DALAM HATINYA? kata-kata tsb diulang-ulang Nabi SAW!
4. Pada hemat kami, apa yang seolah menjadi semacam aturan tak tertulis bagi harokah tertentu tsb, tak mesti juga menjadi aturan baku (dan sampai sekarang memang tak ada aturannya). Bagi kami, jika 2 orang anak Adam berlainan jenis saling bertemu di jalan Allah dan bersepakat untuk menikah, dan selama prosesnya mereka menjaga diri baik-baik dari dosa-dosa, maka lewat jalur manapun dan cara apapun (selama halal dalam Islam) maka usaha mereka adalah usaha yang mulia. Marilah kita menghargai apa-apa yang dari Islam lebih daripada apa-apa yang hanya merupakan nilai-nilai kelompok semata.Wallahualam bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum Wr Wb
HM Ihsan Tanjung dan Siti Aisyah Nurmi http://www.eramuslim.com/
*************************
Created at 11:05 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
May 2004[x] June 2004[x] December 2004[x] January 2005[x] April 2005[x] July 2005[x] August 2005[x] September 2005[x]
|
|