<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/6973555?origin\x3dhttp://cinta-ku.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Love You, Dad... | Sunday, December 26, 2004


eramuslim - Fathers Day?? itu pertanyaan pertamaku ketika Nima- teman Nelpalku memaksaku untuk menemaninya ke mall membeli kartu untuk ayahnya. Sayangnya yang ditanya bukannya menjawab, malah makin kebingungan. Sesaat kami hanya saling memandang dengan wajah bingung. Don't you have that in your country?? tanyanya makin penasaran. Kembali mataku menerawang. Mencoba berpikir keras. Lagi-lagi, yang kuingat hanya ada Hari Ibu saja tertera di setiap kalender rumah, tanpa ada Hari Bapak. Betul, kan?

Aku menggeleng. Meyakinkan Nima bahwa tidak ada Hari Bapak di Indonesia. Minimal itu yang aku ingat. Mmmm.. okay Nima kelihatan tak mau berterusan dengan kebingungannya. Tapi kamu mau kan menemaniku? tanyanya lagi. Dengan terpaksa, akhirnya kuturuti juga permintaannya. Dengan harapan agar kali ini Nima takkan membuang waktuku terlalu lama, karena Nima yang satu ini memang hobby shopping.

Di perjalanan menuju mall, Nima asyik bercerita tentang ayahnya. Betapa dia sangat ingin menuliskan puisi untuk mencurahkan kerinduannya setelah beberapa minggu harus berjauhan dari keluarganya. Betapa ia sangat ingin kembali pulang, namun jadwal kuliah takkan memungkinkan sampai akhir tahun. Terus dan terus cerita tentang ayahnya mengalir dari mulutnya.

Sambil mendengar cerita Nima, tak sadar aku sendiri terbawa lamunan. Teringat ketika Papa harus mengantarku ke Australia untuk melanjutkan studiku di sini. Aku, putrinya, adalah yang pertama diizinkan untuk melanjutkan studi di negara lain. Tentu bukan hal mudah untuknya, juga untuk mama. Tapi dengan rasa percayanya, Papa terus meyakinkan bahwa aku akan baik-baik saja. Itu kan bumi Alloh juga ucapnya menirukan Ustadz yang ceramah di acara perpisahanku dengan teman-teman SMA. Lagian kan ada sepupuku kata Papa menenangkan. Mama yang akhirnya tak dapat berargumen lagi, terpaksa mengalah.

Bayangan tergambar di kepalaku ketika detik-detik papa harus meninggalkanku sendirian di sini. Betapa beliau berusaha keras menahan air matanya ketika menasihatiku untuk jangan lupa beribadah dan rajin belajar. Aku pun tak berani berkata banyak, karena satu kata saja keluar dari mulutku akan membuat sia-sia usahaku menahan airmata ini. Aku tak mau Papa khawatir dengan melihatku sedih, itu saja alasanku.

Sambil berjalan keluar, Papa tak hentinya berpesan agar terus menjaga ibadahku dan berharap agar tak pernah aku siakan harapannya. Betapa ia ingin melihat seorang muslimah yang prestatif. Yang suatu saat akan berguna tidak hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuk sekitarku. Ya, Papa, aku masih ingat itu. Betapa tak mudah kau melepasku, tapi Papa lakukan juga untuk mewujudkan impianku.

Tak sadar setitik air mata jatuh dari sudut mataku. Ups,

You're not listening, are you? kini Nima giliran bingung. I am listening, I just have some thought in my mind kataku tak mau panjang. Terlihat senyum dari mulutnya. Kurasa dia tahu

Bergegas aku berlari menuju toko buku. Nima makin lebar senyumnya melihatku jadi semangat 45 seperti itu.

Ya Nima, aku juga rindu, rindu pada Papa yang tak pernah berhenti membakar semangatku. Rindu pada Papa yang ikhlas melepasku untuk mewujudkan impian yang begitu ingin kuwujudkan. Rindu pada Papa yang takpernah lepas doanya untuk ku, anaknya. Rindu pada Papa ya aku rindu..

Kupilih kartu besar ukuran A4 itu. Tak sabar rasanya ingin ku tulis didalamnya kata yang tak pernah terucapkan sebelumnya I LOVE YOU, DAD.

Mira Kartiwi Flash back the time with Nima.

Salam sayang untuk Papa Dan Aa yang kini juga ikhlas menjadi qawwam ku.

*************************
Created at 11:46 PM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

May 2004[x] June 2004[x] December 2004[x] January 2005[x] April 2005[x] July 2005[x] August 2005[x] September 2005[x]