A L M A H A B B A H ( 1 ) | Sunday, December 26, 2004
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman AMAT SANGAT CINTANYA kepada Allah."
( Al Baqarah: 165)
Seorang yang beriman sejak memproklamirkan bahwa tiada ilah
(ilah dapat berma'na 'yang dicintai') selain Allah dan berilti-
zam (commit) sepenuh daya akan proklamasi diri ini, maka Allah
telah ditempatkan dan menempati tiang tertinggi cintanya.
Mahabbatullah (cinta akan Allah) memenuhi seluruh rongga dada
dan merah hatinya. Dari sanalah diturunkan rasa cinta kepada
RasulNya, orang-orang beriman, sanak keluarga dan para kerabat.
Rasa cinta itu demikian bersangatan, AMAT SANGAT, mengalah-
kan cintanya kepada anak dan istri, perniagaan yang dikhawatir-
kan kerugiannya. Cinta, harap dan takut kepada Rabb Yang mecip-
takan dirinya, yang memberinya rizki dan pertolongan.
Dalam sebuah dialog antara seorang sufi; yakni abu said al
khazraz dengan seorang awam akan terlihat dalamnya 'cinta' dan
paduannya dengan 'takut'.
awam : alangkah baiknya cara tarekatmu, sayangnya engkau
mengingkari 'cinta' itu.
abu said : sekali-kali aku tak bermaksud begitu
awam : apakah engkau mencintai Tuhanmu ?
abu said : ya
awam : mengapa engkau merasa takut kalau Dia tidak mencin-
taimu, sedang engkau mencintaiNya ?
abu said : aku cinta karena ni'mat, karunia dan ma'rifatNya yg
demikian besar telah aku terima. Namun aku banyak
melakukan kesalahan-kesalahan dan dosa, aku takut
Dia tidak mencintaiku karena kesalahan-kesalahan
itu.
Cinta muncul karena kesadaran telah menerima anugerah yang besar
dari Allah, kedalaman pemahaman betapa rasa kasih-sayang Allah
melingkupi detik-detik kehidupan kita, dan ma'rifatullah (menge-
nal Allah). Lalu rasa takut cinta tak diterimaNya akan menam-
bah-nambah rasa cinta itu. Sehingga seorang mu'min amat sangat
cintanya kepada Allah dan hasrat yang besar untuk bertemu dengan-
Nya.
Refleksi cinta adalah tunduk-patuh, menurut, taat akan perin-
tah Allah dan menjauhkan segala laranganNya. Mahabbatullah tidak
cukup sekedar di mulut lalu menyepi, menyendiri dan hanya melaksa-
nakan ibadah mahdoh (khusus) belaka tanpa melihat kondisi kaum
Muslimin yang merealitas. Rasa cinta kepada Allah tidak cukup
dengan hanya menjadi seorang abid (akhli ibadah) dan lari dari
kenyataan yang menimpa kaum Muslimin. Tak cukup dengan beribadah
sendirian lalu ingin masuk surga sendirian. Mahabbatullah bukan-
lah melulu dengan dzikir lisan sampai ludah penuh membasahi tikar
dan mengeringkan tenggorok, lalu mengaku wahdattul wujud (bersa-
tu dengan Allah) atau mengaku menjadi Allah. Rasa cinta kepada
Allah tidak cukup dengan itu semua, sama sekali tidak cukup, apa-
lagi di saat kaum Muslimin tertindas, hak-haknya terampas, diper-
malukan dan dihinakan.
Rasa cinta yang benar adalah sebagaimana yang dicontohkan Ra-
sulullah, tauhiddul uswah, dijalankan oleh generasi terbaik umat
ini, para awwalun Muslimin. Rasa cinta yang meresap pada setiap
gerak bibir, yang membasah dalam setiap tetes keringat, yang me-
ngental dalam setiap merah darah tubuh yang terluka, yang mengen-
dap bersama ruhhul jihad, yang memancar bersama denting pedang,
helaan tali kekang kuda, dan luncuran anak panah. Rasa cinta yg
merealitas, rasa cinta yang mewujud dan bukan sekedar angan-angan
egoisme dalam penyendirian. Rasa cinta yang muncul dari segenap
daya dan bukan melulu kata-kata dan sebatas kata-kata percintaan
sufistik.
Cinta akan Allah mewujud dalam upaya menegakkan kalimatNya,
membangun qiyadah (kepemimpinan) yang memuliakanNya, membangun
kesatuan yang mengangkat izzah (kebanggaan) kaum Muslimin, merebut
kembali hak-hak kaum Muslimin yang terampas, membebaskan negeri-ne-
geri Muslim yang terjajah, membebaskan penyembahan manusia atas ma-
manusia, penyembahan manusia atas materi dan kekuasaan, pemyembahan
manusia atas nafsu syahwat lalu mengukuhkan tugas suci sebagai
khalifah fil ardh, memainkan peran untuk memberi rakhmattan lil
'alamiin. Mahabbatullah mestilah mengambil bentuk dalam amal jama'i,
amar ma'ruf nahi munkar.
Inilah cinta kepadaNya, cinta yang hidup, cinta yang mewujud,
cinta yang realistis, cinta yang mengental dalam akhlaq islami,
cinta yang dicontohkan oleh manusia teladan, Muhammad SAW.
Hasbunallah wa ni'mal wakiil.
Wassalam,
abu zahra
*************************
Created at 8:47 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
May 2004[x] June 2004[x] December 2004[x] January 2005[x] April 2005[x] July 2005[x] August 2005[x] September 2005[x]
|
|