<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/6973555?origin\x3dhttps://cinta-ku.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Re: pacaran | Friday, December 24, 2004


Asssalmu'alaikum w.w.


Yang dipermasalahkan di sinikan adalah adanya istilah pacaran yang
islami, kalau kata itu digunakan saya kurang setuju. Kalau mengenal untuk
lebih dekat yang ukhti maksud adalah cenderung pada istilah calon.

Jelas berbeda pacar dengan calon, letak perbedaannya pertama dari niat,
kedua prosesnya pengenalannya. Tentu akan lebih hati-hati memilih calon dari
pada pacar, juga kriterianya. Kalau masalah kontrol diri sampai dimana
manusia dapat mengontrol dirinya ?, sedangkan syaithan selalu menggoda di
mana saja manusia berada.

Di dalam Qur'an dijelaskan dalam surat Al Israa' :32


" Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk "


Allah berfirman dengan memggunaka kata "Jangan", ini berarti Allah sangat
melarang, yang berarti hukumnya haram. Kalau Ukti mengatakan pacaran adalah untuk mengenal calon
pasangan kita, tapi berapa lama, apakah kenal itu sesudah pacaran 1 tahun, 3
tahun atau 10 tahun. Sering kita mendengar mereka sudah pacaran 5 tahun lalu
mereka putus, tetapi yang hanya kenal 1 bulan sudah memutuskan untuk
menikah. Lama waktu mengenal tidak menjamin hubungan akan langgeng sesudah
menikah.

Menikah merupakan perpaduan dua pribadi yang masing-masing khas,
tapi keduanya harus mempunyai komitmen yang sama, pandangan yang sama untuk
mencapai tujuan yang sama. Untuk seorang mengaku beriman harus menggunakan
Qur'an (Konseptual) dan Hadist (Instruksional) sebagai manual dalam
hidupnya, jadi pasangan mukmin yang mempunyai satu rujukan ini akan se-irama
dalam menjalani hidup.

Di dalam Islam seseorang memang harus mengenal calon pasangannya
tetapi tentu harus sesuai pula dengan yang diperbolehkan dalam islam. Ukti
benar, mungkin menjadi calon kita adalah teman kita sendiri, itu paling
tidak kita sudah mengenal akhlaknya. Tapi itu juga harus sesuai dengan apa
yang sudah di gariskan oleh ajaran Islam (Qur'an dan Hadist) termasuk
kriteria yang dilihat pada teman kita itu serta prosesnya. Ada salah satu
Hadist :


" Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir janganlah ber-
sunyi-sunyi dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya,
karena yang ketiga adalah syetan".( Riwayat Ahmad)


Kemudian dalam QS An-Nur:30-31,

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: " Hendaknya mereka
menahan pandangannya....."
Katakanlah kaepada wanita yang beriman : " Hendaklah mereka menahan
pandangannya......"


Saya menafsirkan bahwa "pandangan" yang dimaksud adalah pandangan yang
disertai oleh perasaan.

Dari kedua dalil itu (Hadist dan An-Nur 30-31), kita bisa mengambil
kesimpulan orang yang berpacaran selalu berpeluang untuk itu. Hati akan
terpengaruh oleh si dia, malah tindakan kita kadang tidak rasional. Masa
pengenalan itukan mesti ada batas waktunya dan ada cara yang lebih baik
mengenal si dia. Yang disebut pacaran itukan tidak ada batas waktu untuk
mengambil keputusan, inikan jelas bahwa pacaran itu dengan niat bukan untuk
dijadikan pasangan hidup, syukur-syukur cocok. Bagaimana setelah pacaran
sekian lama, akhirnya ternyata mengecewakan, apalagi dibanding-bandingkan
dengan orang lain.

Masalah mencari pasangan hidup dalam Islam tentu lebih menjadi hal
yang sangat penting, ini disebabkan ajaran islam yang menekankan pada hidup
yang kekal sesudah mati. Kehidupan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh
pasangannya, dalam bergaul saja kita harus memilih kawan apalagi pasangan
hidup.

Hidup kita yang sebenarnya adalah hidup sesudah mati, di akhirat
nanti itulah tujuan hidup kita, jadi seorang mukmin harus mencari pasangan
yang dapat mencapai tujuan itu, yaitu surga, di sinilah Islam mementingkan
seseorang memprioritaskan kriteria agama, dengan mendapat pasangan yang
mempunyai pemahaman agama yang baik, itu menjamin untuk saling koreksi dan
mengingatkan. Hal-hal lain seperti persamaan minat/hobby, latar belakang,
wawasan akan menambah komunikasi semakin mudah.

Kehidupan orang islam sekarang ini kan berkiblat ke barat,
masyarakat kita semakin permisif saja akan hal-hal yang berasal dari barat.
Di dalam Islam apapun harus jelas batasannya sehingga tidak ada erosi. Allah
menyerahkan pilihannya kepada kita, Allah menyediakan dua jalan (QS Asyams
7-10). Kita jangan mengikuti hal-hal yang diluar Islam apalagi karena
kebanyakan orang melakukannya (QS 2:100, QS 7:17, QS 16:38).

Sekian
Assalamu'alaikum w.w.


Hanifa


*************************
Created at 1:26 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

May 2004[x] June 2004[x] December 2004[x] January 2005[x] April 2005[x] July 2005[x] August 2005[x] September 2005[x]